Jumat, 14 April 2017

UMURKU BERAPA TAHUN LAGI, YA ALLAH?!

   Malam sudah mulai menjemput, rasa kantuk sudah tidak bisa di ajak kompromi.  Tetapi kejadian sore tadi membuatku bahagia hingga senyum selalu mengembang tiada henti di tambah lagi arjunaku rela menawarkan diri untuk mengantar pulang. Seperti bisa membaca situasi Mamanya menyuruh Marsel untuk mengantarku pulang dan mamanya di supiri Chika adiknya.   

   Sepanjang perjalanan entah kenapa kami tidak bisa bicara lepas seperti waktu awal bertemu, hanya suara Karimut penyiar Delta FM nyaring terdengar menyiarkankan lagu Takkan tergantikan milik Marchel.  Yang dulu sempat jadi lagu jadian dan bubaran kita, karena pacaran kita yang terbilang singkat satu jam saja.  Marsel yang menggantikan posisiku mengemudi hanya senyum-senyum sambil melirikku di sebelahnya.  Tersadar dengan situasi ini refleks kucubit tangannya.  Kita sama-sama tertawa mengenang kebodohan masing-masing tetapi justru mencairkan suasana. 
    Mobilku terhenti di salah satu rumah mungil di daerah kebun jeruk.  Rumah ini kubangun dengan semua tabungan hasil jerih payahku selama ini.  Sepintas ku lihat Marsel masih mengagumi setiap sudut rumah ini.  Ada kebanggan dalam diriku, sampai aku di kejutkan dengan suaranya yang memanggil tukang nasi goreng...baru tersadar aku juga belum makan dari tadi siang. 
"Maaf ya sampai lupa kalo punya tamu!" seruku  menahan malu.
"Ga papa, sudah tau ko!" jawabnya santai.
Aku memang punya kebiasaan entah bagus atau tidak selalu ingin diperhatikan dan sok perhatian...beda dengan Marsel yang cuek tetapi lebih tahu segala hal.

   Sampai akhirnya Marsel pamit pulang dengan menumpang ojek online. Masih kudengar suara Marsel di ujung telepon yang mengabarkan sudah sampai rumahnya.
    Subuh ini terasa sujudku semakin khusyu dengan berjuta rasa syukurku.  Kusambut hari ini dengan sebuah rencana bersama Marsel.  Teng jam sepuluh pagi ini Marsel menjemputku, terselip kebahagiaan melihatnya datang dengan tampilan kaus polo dan celana jins warna senada biru tua. 
    Dia mengajak sarapan sekaligus makan siang.."laper!" serunya.
Entah kenapa aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya.  Pasar kaget di komplekku masih ramai, pedagang dadakan ini hanya berjualan hari Sabtu dan Minggu pagi.
   Sampai tiba-tiba seorang pencuri yang menaiki sepeda motor merebut telepon genggam Marsel dan mendorongnya dengan kencang sampai membentur trotoar jalan.  Aku berteriak histeris di tambah lagi ramainya suara kerumunan orang. Dibantu beberapa orang aku membawa Marsel ke rumah sakit terdekat. 
   Sambil menangis ku lihat Marsel yang masih ditangani tim medis. Dengan segala kepanikan aku berusaha menghubungi mamanya, dengan suara serak dia menyuruhku untuk tetap tenang dan menunggunya sampai datang.
    Sampai akhirnya keluarganya datang aku hanya bisa menangis memeluk Ibu Melia.  Salah seorang kakak Marsel mengajak kami untuk menunggu sambil shalat memohon kesembuhannya.
Air mata ini tak kunjung berhenti, permintaan maaf serta kesembuhan untul Marsel kupanjatkan kepada Sang Khalik dalam doaku ini. 
   Tujuh jam berlalu Marsel masih belum sadar,  hingga terlintas pikiran yang menggangguku.  Ya Allah, sampai kapan jodohku...dan berapa tahun lagi umurku?!
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar