Sabtu, 22 April 2017

CINTAKU TERBELAH TIGA

   Dahulu diriku selalu beranggapan kalau cinta adalah cerita cinta namun tiada abadi.  Entah berakhir dengan kematian atau perpisahan, hanya satu per seribu yang bisa bersama sampai maut menjemput.  Inilah yang terjadi pada sahabat baikku Dewi, kecelakaan yang menimpa suami dan dirinya saat pulang dari menengok ibu mertuanya di Solo.  Kabar duka cita ini kuterima dari grup WA  teman-teman kantor.  Aku hanya bisa terpaku mendapat berita ini, tubuhku lunglai terbayang nasib kedua anaknya yang masih kecil.  Tidak terasa pipiku sudah basah oleh bulir-bulir air mata.

    Suamiku yang baru kembali dari menunaikan shalat magrib di masjid semakin bertambah bingung melihat kondisiku yang seminggu terakhir menjadi semakin labil.

"Bive, kenapa?" tanyanya heran.

"Dewi, Mahy..." tangisnya pecah.

Marsel langsung memeluk erat istrinya sambil mencoba menenangkan.  Setelah hampir satu jam akhirnya Bintang bisa menguasai diri.  Walaupun dengan terisak-isak perlahan tapi pasti Bintang mulai bercerita tentang berita kepergian Dewi untuk selamanya.

"Innalillahi wa innaillaihi rojiun, sekarang dimana?" tanya Marsel.

"Sekarang masih di rumah sakit, bentar lagi mo pulang kita harus ke rumahny sekarang!" tangis Bintang mulai reda.

"Oke sekarang kita siap-siap tapi Bive makan dulu yaa!" kata Marsel seperti membujuk keponakannya yang berusia lima tahun.
Walaupun awalnya Bintang menolak tetapi akhirnya dengan terpaksa menurut semua perintah suaminya. 
   
    Jakarta mulai memasuki musim penghujan,  bendera kuning dan genangan air mulai terlihat saat kami memasuki komplek Bintara.  Air mata Bintang mulai terasa membanjiri pipinya lagi. Suaminya berusaha menenangkan sambil terus memegang tangannya untuk mengalirkan kekuatan cintanya.

   Rencana besok pagi sahabat dan suaminya akan di makamkan bersebelahan dengan orang tua Dewi di TPU Karet Bivak.  Hatinya seperti teriris belati melihat kedua anak itu terpaku menatap jenazah kedua orang tuanya. 
Marselpun tak kuasa melihat kejadian ini, dalam hatinya berdoa semoga tidak terjadi pada dirinya dan Bintang.

   Peristiwa kehilangan sahabatnya membuat Bintang jadi lebih sensitif.  Dengan ekstra sabar yang dimiliki, Marsel mendengarkan semua keluh kesah dan nostalgia antara dia dengan Dewi disertai air mata yang kian deras.

   Minggu ini Marsel membatalkan janji untuk menemani ibunya terapi gantinya dia menyuruh sang adik.  Sebelumnya dia sudah menceritakan kondisi Bintang, walaupun berat  akhirnya sang mama tercinta meluluskan permintaannya.
   Jarum jam di nakas sebelah ranjangku sudah menunjukan pukul empat sore karena lelah akhirnya tertidur pulas.  Terdengar samar suara Marsel berbicara dengan seorang wanita. Kuangkat tubuh ini mengarah ke sumber suara itu, saat kubuka pintu kamar,
"Bintang sudah sehat, Nak" tanya Bu Melia kepada menantunya.

"Masih pusing dan lemas mam" jawab Bintang parau.

"Mama anter ke dokter yaa sama Marsel juga" bujuknya.

Walau ragu akhirnya Bintang mau juga untuk cek kondisinya ke dokter di klinik dekat rumahnya.
Dokter menyuruh untuk cek lab.  Sejam kemudian hasil labnya keluar,  dokter membaca hasilnya.
"Selamat yaa pak istri anda positif hamil, anak keberapa?" tanya sang dokter melirik wajah Bintang yang pias. 

Penantiannya tidak sia-sia dia akan menjadi seorang bapak.
Dengan senyum bangga dia menyalami erat sang dokter.

Marsel tdak sabar ingin memberitahu ibunya yang sedang duduk di ruang tunggu.  Bu Melia melihat anak dan menantunya tersenyum menuju ke arahnya.  Bintang langsung duduk bersisian dengan mertua tercinta.
"Gimana kabarnya, Tang...sehat yaa?" tanya Bu Melia kepada menantunya.
Marsel langsung mencium tangan Bu Melia dengan menahan haru mengabarkan,
"Mam, mas mo jadi bapak. Bintang positif hamil tiga minggu." cerita Marsel tidak berhenti karena senang dan bangga.
Bu Melia tidak bisa berkata apapun sambil memeluk menantunya. Dia sudah tidak tahu harus berkata apa. Kebahagiaan memuncak mendengar kabar ini. Dinasti keturunan RM Suryo Hadipradana akan terwakili olehnya.
   Marsel menggandeng kedua wanita yang sering membuatnya pusing tidak menentu.  Sebelum menyalakan mobil Marsel menoleh ke kursi belakang ada istrinya yang duduk menyandarkan kepalanya ke bahu sang ibu. Senyumnya mengembang dan satu janji tertanam dijiwanya cintaku akan terbagi tiga untuk ibu, istri dan calon bayiku.  Lindungi kami ya Allah...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar