Jagung Bakar II
Tiga puluh tahun berlalu, rindu akan suasana
kampung halaman terasa memanggilku untuk
pulang. Suara Air sungai yang di selingi
gemerisik pohon bambu menambah dalam
rasa rindu ini. Di tambah lagi aroma masakan
yang masak mengunakan hau atau kayu
bakar. Serasa lidah ini tidak bisa diam untuk
mengunyah berbagai macam makanan yang di
sodorkan kepadaku...semua serba alami ala
alam pedesaan. Tak terasa air mata ini
menetes mengingat kenangan manis dengan
orang-orang yang kini sudah tiada.
Minggu pagi ini ku paksakan untuk
mengunjungi tanah kelahiran kedua orang
tuaku. Dengan berbekal alamat salah seorang
kerabat, demgan semangat 45 ku memacu
Avanza kesayanganku. Untung sudah ada
jalan bebas hambatan walaupun
bebas sepenuhnya, tapi minimal bisa
mempersingkat waktu dan tenaga kalau tidak
mau sampai jam berapa sampai ke rumah teh
Ina salah satu kerabatku yang terkenal ganjen
dari kecil...gosipnya dia sudah 3 kali menikah!!!
"Oh my God! Gue aja satu belum dia sudah
berkali-kali...hadeuh!" Senewen juga kalau
ingat ceritanya.
Jam di dasbor mobil sudah menunjukan
angka 8.45 berarti tinggal sesaat lagi sampai .
Sudah banyak perubahan yang terlihat, sambil
istirahat sejenak ku parkir mobil di salah satu
minimart yang banyak menjamur saat ini.
Keluar dari minimart tersebut tidak sengaja
mataku tertuju pada seorang lelaki tua yang
menjual jagung untuk di bakar. Mengingat
besok akan pergantian tahun, dan seperti
biasa acara bakar jagung dan bakar kembang
api menjadi tradisi. Ku dekati bapak tua itu
yang asyik ngobrol dengan beberapa supir
truk.
"Berapa harga jagungnya, Pak?" tanyaku.
"10 biji dua puluh ribu aja, Neng!" sautnya.
"Mahal amat pak!" gerutuku.
"Kalo mau enak usaha jagung bakar sendiri,
Neng" seru beberapa supir truk kompak.
Melihat situasi yang kurang nyaman langsung
aku berlalu tanpa melihat si penjual jagung.
Sesampainya di rumah teh Ina dengan
sedikit basa-basi ku ceritakan kejadian tadi
yang bikin telinga panas...tak di sangka teh Ina
dan Mang Darmin ayahnya teh Ina tertawa.
Langsung saja ku cecar dengan pertanyaan,
mengapa mereka tertawa.
Mang Darmin menerangkan bahwa di
kampung kami ada istilah produksi jagung
bakar yang artinya "janda tanggung baru
mekar"...langsung merah padam
mendengarnya. Entah siapa yang memulainya
tetapi sekarang daerah kami terkenal dengan
istilah itu. Hadeuh..!
Ampuuuun....
BalasHapusKayaknya memang menarik ya bisnis "Jagung Bakar"