Pagi ini saat kami berkumpul untuk sarapan pagi mama membuka pembicaraan dengan notes kecil ditangannya. Entah apa yang ada dicatatannya karena sepintas kulihat daftar panjang dan angka-angka menghiasi kertas berwarna kuning gading itu.
"Bintang, nanti tolong cek ya ini sudah pas atau belum" ujar mama sambil menyodorkan notes dan pinsil kepadaku.
Marsel yang baru saja duduk di sebelahku langsung komentar,
"Apaan sih"
"Itu urusan perempuan, laki-laki ga usah tau" tegas Bu Melia.
"Sekarang ato nanti juga ketauan" jawab Marsel lagi.
"Ini untuk acara tujuh bulanan" jawabku datar sambil menggeser notes itu ke arah Marsel.
"Mah-mah, baru juga masuk empat bulan malah Mas dan Bintang sepakat mo ngadain syukuran empat bulanan dengan pengajian dan undang anak yatim bukan hura-hura...mubazir" jelas suamiku Marsel panjang dan lebar.
Mama langsung terdiam sambil menahan napas,
"Mas tu kalo dibilangin suka seenaknya deh, ini juga untuk keselamatan si jabang bayi dan ibunya!" sengit mama tidak mau kalah.
Melihat suasana sudah mulai memanas reflek kusenggol kaki suamiku yang sedang menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
"Ekh, Biiive!" dengan wajah merah karena tersedak Marsel secepatnya mengambil teh hangat disebelahnya.
"Maaf Mahy...ga sengaja" ujarku menahan tawa.
"Tuh kan, kualat kalo ngelawan sama orang tua" omelnya.
"Mama jangan ngomong gitu dong...kasian kan Mas Marsel" bujukku.
Mama hanya tersenyum tipis, masih tergambar rasa kesal di wajahnya. Kucoba untuk menenangkan dan meyakinkan mama kalau catatannya akan diperiksa.
Marsel pamit padaku dan junior dengan cara mencium kening juga perutku, namun sang anak kesayangan hanya berlalu tanpa menghiraukan sang mama yang ingin perlakuan sama.
Ketika mama berdiri dari kursinya tiba-tiba
"Mas sayang mama" sambil memeluk sang mama dari belakang yang disambut dengan tangisan tertahan.
Suasana pagi ini membuatku mempertanyakan kelak seperti inikah buah hatiku menyatakan kasih sayangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar