Melalui telepon genggam ku hubungi Dewi manajer personalia untuk meminta ijin perpanjangan cuti selama tiga hari. Dengan tidak banyak pertanyaan dia mengijinkan walau dengan berat hati dan terheran-heran. Karena tidak biasanya aku meninggalkan pekerjaan dengan alasan apapun. Sebagai sahabat yang sekaligus juga musuh bebuyutan dia khatam sekali dengan watak sejawatnya yang satu ini. Untuknya hidup adalah kerja, kerja dan kerja. Hingga seringkali Dewi mengingatkan sahabatnya untuk sesekali mengalihkan perhatian ke hal asmara. Tetapi selalu saja jawaban asal keluar dari mulutku
"Belum ketemu yang sreg!".
Di usianya yang sudah tiga puluh lima tahun harusnya sudah di sibukan dengan urusan rumah tangga seperti Dewi dan teman-teman kantor yang lain. Tapi bukan Bintang namanya yang selalu berhitung dalam segala hal, hingga urusan asmarapun harus diperhitungkan secara maksimal. Baru kali ini perasaannya tidak mengenal kata berhitung, sudah dua hari ini dia rela lahir batin menunggu Marsel di rumah sakit.
Perasaan bersalah selalu menyelimuti hatinya dan tanpa malu lagi Bintang mengeluarkan persediaan air matanya, yang selama ini dia simpan sejak kepergian ayah tersayang. Terkenal sebagai puteri es karena di matanya tidak perlu cengeng menghadapi asmara.
Justru sekarang semua berbalik menyerangnya dan tak sanggup mengusir semua perasaan yang selama ini di hindari.
Azan magrib membuyarkan lamunanku...bergegas kuhapus air mata yang sedari tadi membanjiri pipi. Usapan lembut dari Bu Melia menguatkan hatiku, dua hari kebersamaan dengan keluarga Marsel membuatku merasa ada asa yang berbeda. Berkali-kali kakak sulung Marsel, Mba Mey dan suaminya Mas Tok menyuruhku dan Bu Melia untuk istirahat di rumah. Tetapi kami berdua seakan tidak ingin kehilangan sedetikpun asa terhadap lelaki yang sama-sama kami sayang.
Menjelang pukul sepuluh malam suster yang merawat Marsel memanggil perwakilan keluarga. Harap-harap cemas kami menanti Mas Tok keluar dari ICU, hingga akhirnya tidak sampai sepuluh menit kabar gembira kami terima...Marsel sudah siuman! Dan kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah namaku...Bintang.
Cinta perlu pengorbanan itu yang sering ku dengar, kini saatnyalah cinta kami di uji mampukah aku melewati semua ini. Inilah pilhanku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar