Selasa, 02 Mei 2017

WONDER WOMEN

   Sejak hadirnya Bima ditengah-tengah keluarga kecil itu membuat Bintang sang ibu seperti kehabisan waktu, tidak cukup dua puluh empat jam sehari bila perlu jadi seratus jam sehari. Tugas dari bangun tidur memberikan ASI lanjut dengan urusan rumah tangga sampai menyiapkan keperluan Marsel suaminya yang akan ke kantor.  Belum lagi ditambah suara merdu Bu Melia, ibu mertua yang selalu intervensi dengan segala pekerjaannya.

"Bive, nanti aku pake jeans yang coklat aja ya karena mo ke proyek" pinta Marsel untuk mengganti celana kantor dengan jeans.
Baru saja selesai menyiapkan keperluan Marsel terdengar pintu kamar diketuk diselingi suara Bu Melia memanggil,

"Tang, itu tukang sayur dah dateng kamu jadi belanja ga?"

"Ya mam jadi, suruh tunggu dulu ya" ujar Bintang sambil membuka pintu kamarnya.
   
   Dalam hati dia mengutuk asisten rumah tangganya si Tiwi yang sudah jam setengah tujuh belum datang, biasanya jam lima sudah nyapu halaman.  Diantara kekesalannya dilihat lima panggilan tak terjawab di ponselnya semua dari nomor yang tidak dikenal. Bintang berpikir kalau butuh dia juga akan telpon lagi. Belum selesai transaksi dengan tukang sayur, mertuaku sudah memberitahu melaui suara nyaringnya.

"Taaang, gasnya habis terus gimana mau masak nasi goreng untuk Mas!" serunya panik.

"Bentar ya mam ini mo telpon tukang gas" jawab sambil menelpon agennya, untung dia mau anter sekarang.

"Ada apa sih mam, masih pagi sudah teriak-teriak nanti kalo Bima bangun gimana" ujar Marsel menenangkan Bu Melia.

"Bintang sih ngadelin pembantu terus sekarang giliran dia ga ada, jadi bingung kan" jawab Bu Melia meluapkan emosi.

"Ya udah ga usah repot, nanti sarapan roti aja" suara Marsel terdengar agak kesal melihat ibunya mulai mengganggu kenyamanan keluarganya.

Ponsel Bintang berbunyi lagi kali ini sudah delapan panggilan, Marsel menghampiri istrinya.

"Ada apa Bive, ko ponselnya ga dijawab" sambil mengambil ponsel dari tangan Bintang.

"Ga tau dari tadi telpon bunyi terus tapi nomornya ga dikenal" ujar Bintang sekenanya.

Marsel menekan tombol redial tidak lama tersambung dan tanda speakerpun ditekannya juga.

"Halo Bu Bintang saya suaminya Tiwi, mo ngabarin bu kalo Tiwi ga bisa kerja karena anaknya masuk rumah sakit kena DBD" terdengar suara suami Tiwi di ujung sana menjelaskan dengan semangat.

"Ya sudah, urus anaknya dulu aja nanti siang ibu mo ngomong sama Tiwi" ujar Bintang berusaha memaklumi kondisi Tiwi.

"Bive, kayanya aku perlu cuti deh selama Tiwi ga ada" kata Marsel kuatir.

"Ga usah sayaang, aku masih sanggup...tenang aja" jawabku sambil tersenyum meyakinkan Marsel.

   Kalau sampai ibu mertuaku tahu bisa panjang kali lebar urusan harga diri ini, disangkanya aku menantu yang tidak bisa apapun.
  
   Setelah melepas kepergian suaminya ke kantor, Bintang mulai mengatur strategi hal apa yang harus diprioritaskan.  Pertama dia mulai dengan memasukan pakaian ke mesin cuci, lanjut urusan menyiapkan Bima dari urusan berjemur, mandi, sampai rapi dan wangi.

   Seperti biasa Bintang selalu melibatkan Bu Melia sang nenek untuk menemani cucunya bermain, hal ini yang paling disukai ibu mertuanya.  Kalau sudah begini tugasnya yang lain hanya memejamkan mata karena semua tinggal tekan tombol dari masak nasi, mencuci sampai urusan lantai. Hanya menyetrika dia minta bantuan laundri kiloan. Dan tentunya memasak yang harus disambi saat Bima tidur.  Walau kelihatan capek tetapi inilah kebahagiaannya menjadi ibu rumah tangga.

   Jam menunjukan pukul empat sore kudengar suara mobil Marsel memasuki halaman bersamaan dengan selesainya aku memandikan jagoanku

"Assalamualaikum, halo juniorku" sapa Marsel kepada Bima yang tersenyum melihat kehadirannya.

Tiba-tiba Bu Melia muncul dari dapur sambil teriak,
"Mas, jangan main pegang aja tangannya kotorkan...cuci tangan dulu!"

"Ya mam, Bima aja ga protes yaa... malah uti ngomel terus"  ujar Marsel menggoda anaknya sambil mencuci tangan.

"Mahy, ko pulangnya cepat?" tanyaku sambil menyerahkan jagoannya.

"Kan cuma ke proyek itu juga ngecek aja, selebihnya ada mandor yang ngawasin" jawabnya sambil menimang Bima.

Sementara Bintang merapikan bekas mandi Bima, Bu Melia mengingatkan anaknya agar mencari nafkah yang giat kalau urusan rumah tangga dan pengasuhan anak itu bagiannya istri.
Sebenarnya Marsel ingin mendebat sang ibu tetapi Bintang memberi isyarat dengan menggelengkan kepala.

   Lelahku hari ini seakan menguap melihat buah hati kami tertidur lelap dipelukan ayahnya.  Aku bukanlah wonder women tetapi cinta dan perhatianmu yang membuatku jadi wonder women...
  

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar