Pekerjaan memandikan Bima baru saja dimulai ketika Tiwi asisten rumah tanggaku mengabarkan kalau Bu Melia ibu mertuaku dalam perjalanan ke rumah ini. Dalam sehari dua kali acara mandi bola dan pesta air dilaksanakan, setiap pagi jam setengah tujuh acara pesta air dimulai. Marsel dan Bima biasanya mandi seperti orang yang kehujanan karena keran pancur dibuka sampai pol mereka akan bersorak kegirangan. Saat keluar kamar mandi euforianya seperti gladiator menang melawan musuh, dengan handuk yang masih melingkar di tubuh mereka Marsel akan memanggul Bima seperti beras. Bintang memang menyiap dua handuk yang sewarna dan ukuran yang berbeda untuk mereka berdua. Entah bagaimana bisa kamar mandi ini seperti kebanjiran, airnya bisa meluap sampai keluar kamar.
Mandi sore lebih seru lagi biasanya habis shalat ashar Bintang menyuruh Tiwi untuk menyiapkan kolam dari karet yang berisi bola dan air di halaman belakang. Bayi berusia tujuh bulan ini memang senang menunjukan jati dirinya.
Kalau sudah seperti ini Bu Melia sang nenek akan ikut bermain bola bersama sampai basah. Jika sudah begini Tiwilah sasaran empuk untuk di suruh.
Bintang baru saja selesai merapikan Bima ketika terdengar suara mobil memasuki halaman diiringi suara teriakan si kembar memanggil,
"Ade Bimaa"
Bima yang menyadari akan kehadiran sepupunya langsung berteriak senang sambil menggerak-gerakan tangannya minta digendong.
"Hai mam, apa kabar...sehat ya" kata Bintang sambil mencium tangan dan pipi ibu mertuanya.
"Cucu uti, ko jadi item kemana aja sih seminggu ga ketemu kangen deh!" ungkapan kangen dari Bu Melia yang berlebihan.
"Tuh cucu kesayangannya pulang, seminggu ditanyain terus sampai pusing dengernya" kata Mba Mey mengambil Bima dari gendongan Bintang tercium wangi bayi dari tubuh ponakannya yang montok.
"Tenang uti, kita masih disini ga kabur koo" kata Bintang tertawa.
"Tante kelincinya punya siapa, untuk kita boleh yaa" pinta si kembar sambil jongkok di samping kandang berusaha memberi makan.
"Oh om beli waktu ke Bandung, kalo mau bawa aja kak" kataku, dalam hati Bintang merasa senang karena berkurang satu tugas merawat hewan.
Mereka langsung bersorak dan meminta supirnya untuk memindahkan kandang kelinci ke mobilnya.
"Habis magrib Bintang mengajak makan ibu mertua, iparnya dan si kembar makan.
Tidak lama berselang Marsel dan Mas Tok datang untuk bergabung.
Ibu, anak dan cucunya cerita seolah tidak berjumpa selama puluhan. Mereka tidak menghiraukan keberadaan Bintang, andai saja ku bisa teriak menyadarkan ...
"Haloo aku masih ada, ini rumahku loh"
Tapi semua itu tidak dilakukannya hanya karena alasan tidak enak sungkan.
"Marsel juga ga punya perasaan masa istrinya di anggurin" batinku gemas melihat tingkah polah suami dan keluarganya.
Malam ini Bintang menghampiri suaminya dan menanyakan
"Mahy akhir minggu ini ada acara, anter aku belanja bulanan yaa"
Marsel yang masih membaca laporan kantor, menjawab sekenanya tanpa melihat istrinya.
"Oke jam berapa"
Belum sempat Bintang bertanya lagi, Bu Melia menyela minta diantar ke rumah adiknya di Bekasi.
"Duh alamat ga bisa istirahat deh" umpatnya dalam hati menahan kesal.
Lagi-lagi Marsel dan ibunya tidak menghiraukan keberadaan Bintang, dengan langkah gontai Bintang memutuskan untuk tidur menemani buah hatinya. Untung masih ada Bima, gumamnya sambil menerawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar