Pagi ini Bintang mengawali hari dengan berdoa memohon pada yang kuasa untuk keselamatan diri dan keluarganya. Udara pagi yang masih membeku membuatnya malas untuk beraktifitas ingin rasanya menarik selimut bergabung tidur lagi
dengan Marsel suaminya dan buah hatinya Bima. Melihat kedua jagoan terlelap bersama mimpi membuatku merasa iri, seandainya...
"Braak!" suara benturan kursi dan meja membuatku dan Bima terhenyak.
Cepat-cepat kuusap punggungnya sampai tenang agar tidak terbangun, karena kalau sampai terbangun bisa terkuras seluruh jiwa ragaku. Tangisan Bima bisa mengalahkan suara petir memekakkan telinga. Perlahan kubuka pintu kamarku sedikit demi sedikit, kulihat Bu Melia ibu mertua sedang duduk melamun di ruang makan.
"Maam...mama, mama" kuulang sampai tiga kali baru tersadar.
Kuhampiri mama yang sedang menangis,
"Taang maafin mama ya..." isak Bu Melia diantara ucapannya.
Bintang semakin tidak mengerti dengan suasana hati ibu mertuanya yang sedang galau padahal tadi sebelum tidur tidak ada yang aneh. Dicobanya dengan memberikan pelukan untuk menenangkan hati Bu Melia.
"Mama mau cerita kenapa jadi sedih" ujar Bintang membujuk sembari mengelus punggung ibu mertuanya.
"Mama pingin pulang ke Serpong, boleh yaa?" pintanya dengan air mata membasahi pipi.
Bintang mulai trenyuh dengan permohonan ibu mertuanya.
"Mama kangen sama rumah atau sudah bosan disini..." ujar Bintang menghentikan perkataannya karena baru tersadar kalau ia salah bicara.
Bu Melia hanya menggeleng sambil terisak menatap sendu menantunya.
"Mama kangen, pengen nyekar ke makam papa karena sejak Bima lahir sudah ga pernah. Apalagi kita sudah mau puasa" jelasnya terisak-isak.
"Oke nanti kalau Mas bangun mama sampaikan aja yaa" kataku penuh kelembutan.
"Mama sudah ngomong tapi Mas ga ngeladenin, cuma diem aja ga bersuara" akhirnya tangis itu pecah.
Oh rupanya diam-diam mama menyimpan kekecewaan yang mendalam pada anak emasnya. Pantas sejak beberapa hari ini, habis makan malam Marsel suaminya langsung membawa Bima bermain di kamar.
"Ya deh Bintang janji akan bilang langsung sama mas, bantu doa ya" bujukku sambil menuntun Bu Melia kembali istirahat ke kamarnya serta mengingatkan sudah azan subuh saatnya shalat.
Bintang bergegas ke kamarnya untuk membangunkan Marsel yang masih tertidur lelap. Setelah beberapa saat suamiku baru terbangun dan bergegas menuju masjid, begitu juga diriku sesegera mungkin berwudlu dan shalat.
Kudengar suara Marsel memasuki rumah,
"Assalamualaikum, kopinya sudah ya" ujarnya sambil menarik cangkir yang sudah diseduh kopi.
"Wa alaikumussalam, sabar tuan. Hati-hati masih panas" ujar Bintang sambil melotot ke arah suaminya.
Kucoba mengajak suamiku untuk jalan-jalan pagi sambil cari sarapan bersama Bu Melia dan Bima. Awalnya Marsel menolak tetapi gaya meyakinkanku mampu meluluhkan hatinya.
Jadilah pagi ini kami berempat berjalan-jalan ke pasar modern Serpong untuk makan baso ikan. Saat di halaman parkir ada beberapa pasangan muda juga membawa anak menyapa Bima lucu dan menggemaskan. Melihat hal ini Marsel seakan menemukan sensasi baru dengan kehadiran Bima, ada kebanggaan menyeruak saat anaknya jadi pusat perhatian. Beberapa orang tua sepantaran ibu mertuaku juga memuji keberadaan Bima, kontan air wajah mertuaku berubah senang. Bintang mulai merasakan aura bahagia dari kedua keturunan ini, suami dan mertuaku.
Ternyata mudah menghilangkan rasa bosan dan sikap egois keduanya, Bimalah pengobat semua kebosanan itu. Kubiarkan mereka bertiga jadi selebritis...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar