Sepulang dari acara liburan keluarga kecilnya, akhirnya Bintang sudah bertekad akan tetap mengutamakan janji sucinya kepada Marsel lelaki yang telah memberikannya peran sebagai seorang ibu. Fokus membahagiakan keluarga tanpa syarat apapun. Akhirnya semua dia serahkan hanya kepada penguasa hidup tempat mencurahkan isi hatinya, tempat bersujud mengadu kepada-Nya.
Apapun perkataan dan sikap dari Bu Melia sebagai mertua serta ipar-iparnya sekarang dia mulai terbiasa anggaplah lantunan musik acapela, biar tidak beraturan tetapi hasil akhir tetap bisa mengeluarkan bunyi yang indah.
Akhir minggu ini rencananya Bintang dan Marsel akan mengadakan pesta kejutan untuk ibunya namun jadwal Sabtu ini Bintang juga harus ke dokter kandungan untuk mengecek kondisi dirinya yang sudah sebulan tidak kedatangan tamu. Mereka berharap tidak ada yang perlu di kuatirkan karena ini adalah program mereka berdua setelah bulan madu keduanya.
Bergegas Marsel menjawab telpon masuk dari kakak tertuanya, suara nyaring dari sebrang sana seakan menyadarkan siapa yang akan menjaga Bima jika mereka jadi ke dokter.
" Terus gimana rencananya, Bima ga mungkin dibawa ke sini mama bisa curiga" kata Mba Mey.
Sabtu sore ini Marsel sudah mengarang cerita agar bisa mengantar Bintang ke dokter
"Mam, Mas sama Bintang mau keluar sebentar mau ke rumah temannya Bintang anter gambar. Mama ditemani Tiwi ya" bujuknya sealami mungkin.
"Bima dibawa juga" ujarnya penuh selidik.
"Ga mam, makanya minta tolong Tiwi untuk bantuin mama jagain Bima" kata Bintang menenangkan.
"Lagi pula cuma sebentar" jawab Marsel meyakinkan ibunya.
Untuk Bu Melia asalkan Bima disampingnya dia akan merasa nyaman.
Setelah berbagai alasan diluncurkan akhirnya mereka bisa pergi tanpa dicurigai.
Sesuai rencana semua yang berkaitan dengan hidangan diserahkan kepada kedua kakanya dan Icha yang sedang sibuk pacaran tidak mau ketinggalan menyiapkan kejutan untuk ibu tercinta.
Jam sudah menunjukan pukul tujuh tetapi namanya belum juga dipanggil sementara kedua kakanya sibuk menanyakan keberadaan dirinya.
Akhirnya tidak berapa lama kemudian namanya dipanggil. Sesuai harapan untuk memberikan adik kepada Bima, dokter menyatakan Bintang positif hamil. Hanya saja kehamilan yang kedua cukup unik disamping faktor usia yang agak riskan untuk melahirkan dan kedua calon bayinya di perkirakan kembar jadi dokter memintanya untuk banyak istirahat.
Dalam perjalanan pulang Bintang sibuk menghubungi keluarga suaminya untuk acara kejutan ultah ibu mertuanya. Marsel sengaja memarkirkan mobilnya tidak jauh dari rumah, sementara keluarga kedua kakaknya sibuk menata konsumsi di halaman depan.
Akhirnya waktu yang dinanti itupun tiba, Marsel mematikan saklar utama sehingga lampu rumah padam sementara lilin mulai dinyalakan.
"Tiwiii urus listriknya dulu, gelap nih kasian Bima" teriakan ibunya mulai terdengar.
Tiwi kaget saat membuka pintu karena sudah ada Marsel dan keluarganya serta nyala lilin di halaman.
Tetapi Tiwi tidak melihat Bintang kemana perginya sang empunya rumah.
"Wi, masuk lagi jangan bilang uti yaa" perintah Marsel dengan suara berbisik.
"Tiwiii lampunya kenapa" suara Bu Melia menggema sementara Bima mulai gelisah.
Dengan nada kesal akhirnya Bu Melia keluar dengan membawa senter, belum sempat lampu dinyalakan sang bunda menangis terharu melihat anak-anak berkumpul dengan membawa lilin ulang tahun.
"Suurpriise" teriak anak-anaknya kompak.
Lampu sudah dinyalakan semua anak-anak serta cucu-cucunya memeluk dan mencium pipi wanita baya ini bergantian diiringi ucapan dan lagu ulang tahun, namun sama sekali dia tidak melihat Bintang.
"Mas, Bintang mana" kekawatiran terdengar dari suaranya.
Semua terdiam, kepanikan terlihat jelas di wajahnya. Akhirnya dari dalam rumah munculah Bintang diiringi Tiwi yang menggendong Bima.
"Happy milad uti, semoga diberikan umur yang berkah biar bisa membimbing kita semua" ucapnya sambil mencium pipi dan memeluknya tidak ketinggalan sang cucu emasnya Bima yang kini punya hobi meniru siapa saja.
Tiba saatnya pemberian kado ulang tahun, Mba Mey dan keluarga memberi hadiah daster Bali, Mba Isye memberikan tas dan kelom gelis sandal kayu dari tasik dan Icha yang memproklamasikan kekasihnya memberikan hadiah gamis.
Terakhir Marsel menyuruh Bima memberikan hadiahnya.
"Ayo nak kasih ke uti" bujuk Marsel kepada Bima namun Bima malah memegang erat hadiah tersebut.
Gelak tawa menghiasi malam itu. Dengan terpaksa akhirnya Bima menyodorkan bingkisan berupa perhiasan cincin bermata mutiara hitam kepada Utinya.
Disaat makan malam dimulai, Bintang menghampiri ibu mertuanya dan mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.
"Ini hadiah tambahan untuk mama dari
Bintang" seraya menyodorkan kotak kecil panjang didalam amplop.
Semua mata tertuju kepada keduanya, tak ayal Marselpun ikut penasaran.
"Uti buka dong kita mau lihat tante kasih hadiah apa" teriak si kembar.
Akhirnya amplop panjang berwarna putih dibuka, seketika Bu Meilia menangis terisak Marsel menghampiri dan merangkul ibunya.
"Iki opo nduk" kata ibu mertuanya melihat alat tes kehamilan yang bergaris dua serta foto hasil usg empat dimensi.
"Mam, maaf ya tadi kita berbohong karena mau cek kandungan" kata Bintang menahan haru.
"Bima mau punya ade, dua sekaligus" kata Marsel sambil mengelus perut istrinya.
"Alhamdulillah, selamat ya Tang" mereka berebut memberikan selamat kepada Bintang.
Pada akhirnya mereka menyadari bahwa hanya Bintanglah yang bisa memenangkan hati ibunya,
" Kamu hebat Tang, cuma kamu yang di panggil kesayangan nduk sama mama" jelas Mba Mey haru.
Allah tidak melihat hasil akhir tetapi prosesnya yang dinilai. Bintang hanya tersenyum didalam hati bila mengingat semua.